Silampari Online
LUBUKLINGGAU- Meski peringatan hari Kartini jatuh pada 21 April lalu, namun nuansa semangat perjuangan kartini tidak akan pernah usai.
Kemarin (23/4) diupacara bendera hari senin, Kepala SMAN 8 Lubuklinggau Hj Sri Nuryatun dalam arahannya sebagai pembina upacara menjelaskan biografi RA Kartini dan makna hari kartini.
“Raden Adjeng (RA) Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah, pada 21 April 1879 dan meninggal di Rembang, Jawa Tengah 17 September 1904 pada umur 25 tahun. Raden adjeng kartini juga dikenal sebagai pelopor kebangkitan wanita di Indonesia,”kata Hj Sri Nuryatun.
Menurutnya, kaum wanita mesti bersyukur, karena memiliki RA Kartini pelopor pejuang nasib kaum wanita sehingga memiliki kesetaraan derajat.
Bahwa sebelum RA Kartini ada, kaum wanita direndahkan derajatnya di bandingkan kaum lelaki. Kaum wanita dilarang menuntut ilmu,tidak boleh bekerja, apalagi menjadi pemimpin. Namun semua berubah saat RA Kartini berjuang untuk mengeluarkan kaum wanita dari itu semua.
“Kepeloporan RA Kartini patut kita tiru dan kita amalkan, kini wanita Indonesia telah memperoleh hak-haknya sebagai wanita dan memperoleh kebebasan,”ajaknya.
Meskipun begitu, lanjut Istri Ali Qodar ini, perjuangan cita-cita Kartini belum sepenuhnya berhasil. Dikarenakan masih banyak wanita-wanita Indonesia yang perlu diperjuangkan nasibnya. Apalagi Kaum wanita Indonesia hanya dikenal sebagai tenaga kerja Wanita, pembantu rumah tangga sehingga rentan dilecehkan, diperkosa dan dijual paksa.
“Mari kita bangkit, selesaikan cita cita Kartini, jadilah kaum wanita yang berilmu, terampil dan berakhlaq, hidup mulia di dunia dan bahagia dalam akhirat,”terangnya.
Masih kata Hj Sri Nuryatun, ada 4 syarat wanita bebas memilih masuk syurga dari pintu mana saja pertama sholat 5 waktu tepat waktu, puasa ramadhan tidak pernah diabaikan, lalu kehormatan dan harga diri dipelihara. Serta taat dan norma kepada suami.
“Semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari peringatan Hari Kartini ini,”pungkasnya.(HS-02)